Jurnalis Publik Dan Pojok Desa.
Hati yang Tidak Sakinah
Sabtu, 26 Juli 2025 06:47 WIB
Zaman yang berpindah haluan meninggalkan kesetian tanah itu.
Oleh : Ahmad Wansa Al-faiz
0/
Sejarah berparas nomadensi
Zaman yang berpindah haluan meninggalkan kesetian tanah itu
Cinta meraih isyarat keluguan
Meninggal jejak menguburmu dalam ingatan kenangan
1/
Seperti risau di taman halu -
Tak mendapat kebaikan dan nikmat rejeki
Di bumi itu -
Dan pergi berburu batu
2/
Dan, katamu :
Lagi, di bawah langit dan di depan jendela
Dan lagi
Sebelum pergi :
Meski hatiku masih ingin langit yang kemarin
Di atas bumi ini waktu berganti - langit berganti
Bias waktu merubah tekad dan niatmu
Tujuan menuju pada gulita gelap - dan bukan pelita
3/
Dia pasang dan surut - naik dan turun
Suasana cinta di dalam hati - meski
Tubuhnya ingin menetap atau sakinah
Tapi fluktuasi dari rindunya terombang badai
4/
Di selatan, bahtera itu meliuk cuaca
Beringas ombak menerjang meretakkan
Perahu negeri - bandai menjunjung angin
Nestapa, pada matahari - dan rasi bintang
5/
Penuh cinta artinya :
Tak seindah kata-kata dan senyum parasmu
Justru menipu akal sehatku
Menawarkan tragedi dari balik: bilik hybridasi
Temporalitas - tubuhku menanggung demam
Panas dikenang - dingin di kening
Maksud hati telah berkeping - dari gunung
Yang meletus di dalam pepatah
6/
Tangan yang tak sampai -
pelupuk mata di tertutup gajah
Tapi, cinta melihat semut - diseberang lautan
Hati yang tak pernah menetap :
Dia berputar rotasi
Di papan trading kurs cinta dan rindu
Senyum terakhir dalam indeks
Pernikahan dengan Prahara
.
7/
Dan -
miliknya kematian yang masih muda
Lagi -
Sangat belia.
Ahmad Wansa Al-faiz,
Bandar Lampung, 25 Juli 2025.

Penulis Indonesiana
2 Pengikut

Parau
Senin, 1 September 2025 14:51 WIB
Mahmudat Ikhwanat Dipanggil Hamidah, Sebuah Anekdot Linguistik
Senin, 1 September 2025 14:50 WIBArtikel Terpopuler